Forum ICFA 2023: Prof. Rokhmin Dahuri Membahas Potensi Ekonomi Laut di Masa Perubahan Iklim Global

Tulis ulang konten ini dan hapus semua hyperlink ASKARA – Kita hidup dalam Revolusi Industri Keempat (Industri 4.0), Krisis Tiga Ekologis (Pencemaran, Hilangnya Keanekaragaman Hayati, dan Perubahan Iklim Global), dan meningkatnya era Ketegangan Geopolitik Global yang semakin ditandai dengan VUCA: Volatile, Uncertain, Complex, dan Ambiguous. Demikian dikatakan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS pada Konferensi Internasional Perikanan dan Budidaya Perairan ke-10 tahun 2023 bertema “Menuju Peningkatan Ketahanan Iklim Budidaya Perikanan dan Perikanan dalam Ekonomi Biru”, di Institut Internasional Manajemen Pengetahuan, Selasa 24 Oktober 2023 di Bali. “Di dunia yang tidak dapat diprediksi dan penuh kekacauan ini, hanya sedikit hal yang dapat dipastikan. Namun ada satu hal yang dapat kita yakini secara relatif: bahwa permintaan yang tidak dapat terpuaskan akan produk dan jasa dengan kualitas lebih tinggi akan terus meningkat, sementara pada saat yang sama ketersediaan sumber daya alam yang diperlukan untuk memenuhi permintaan tersebut semakin berkurang atau akan semakin berkurang. tetap terbatas,” ujar Prof. Rokhmin Dahuri dalam makalahnya yang berjudul “Penerapan Ekonomi Biru Untuk Pembangunan Perikanan Budidaya dan Perikanan Tangkap Berkelanjutan di Era Perubahan Iklim Global”. Disisi lain, lanjutnya, permintaan terhadap produk dan jasa yang berkualitas semakin meningkat didorong oleh meningkatnya jumlah populasi manusia, daya beli masyarakat, dan gaya hidup yang konsumtif. Permintaan terhadap produk dan jasa tidak hanya mencakup kebutuhan dasar manusia yang meliputi pangan, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. “Namun juga kebutuhan sekunder dan tersier seperti transportasi, telepon seluler, komputer, kosmetik, kesehatan, rekreasi, dan pariwisata,” jelas Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan RI 2020 – 2024. Menurutnya, dunia perlu memproduksi setidaknya 50% lebih banyak pangan untuk memberi makan 9 miliar orang pada tahun 2050. Namun perubahan iklim dapat mengurangi hasil panen hingga lebih dari 25%. Lahan, keanekaragaman hayati, lautan, hutan, dan bentuk-bentuk kekayaan alam lainnya sedang mengalami pengikisan pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. “Kecuali kita mengubah cara kita menanam pangan dan mengelola sumber daya alam, ketahanan pangan—terutama bagi kelompok termiskin di dunia—akan terancam (Bank Dunia, 2016),” katanya. Maka, terangnya