ASKARA – Bayangkan sebuah karya seni panggung yang penuh keindahan dan bernuansa sakral, kini kembali hadir di tanah kelahirannya. Kehadiran ini menjadi momen berharga, baik bagi para penonton maupun bagi sang empunya karya dan timnya. Opera panggung “GAYATRI Sang Sri Rajapatni” dari era Majapahit akan kembali tampil pada tanggal 4 November 2023. Kali ini, pertunjukan opera ini akan kembali ke akar budayanya, di Trowulan.
Pertunjukan ini akan berlangsung di Trowulan, Mojokerto, yang diyakini sebagai pusat kemaharajaan Majapahit. Tempat ini memiliki puluhan situs kuno yang tersebar dalam area kecamatan Trowulan seluas sekitar 100 kilometer persegi.
Pementasan di Museum Majapahit Trowulan akan menampilkan pemutaran film dan pertunjukkan musik yang diadaptasi dari opera “GAYATRI Sang Sri Rajapatni” yang sebelumnya dipentaskan di Jakarta. Inisiatif ini didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yang melibatkan sutradara Mhyajo dan tim produksi dari 7evenotes.
Pertunjukan musik akan tetap dipimpin oleh seniman berbakat Franki Raden, bersama dengan Indonesian National Orchestra yang terdiri dari 14 pemusik yang memainkan alat musik tradisional. Opera “GAYATRI” sebelumnya sukses dipentaskan di Teater Besar Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada Oktober 2022 dan mendapatkan respons positif dari publik.
Pemutaran film dan pertunjukkan musik opera “GAYATRI” akan menjadi acara pembuka dari Festival Gaung Sakala Bhumi, yang memperingati Hari Kelahiran Majapahit yang ke-730. Setelah pementasan “GAYATRI,” festival akan berlanjut dengan beragam kegiatan seni selama beberapa hari.
Kolaborasi seni antara Mhyajo dan Franki Raden juga melibatkan penata cahaya Iwan Hutapea dan narator Nino Prabowo. Pertunjukan ini juga didukung oleh penari, pelakon, penyanyi seriosa, dan sinden. Selain mempersiapkan pementasan di Trowulan, Mhyajo dan tim “GAYATRI” juga sedang menyiapkan sekuel berjudul “Gitarja Sang Sri Tribhuwana,” yang akan dipentaskan di Jakarta pada Desember 2023.
“Gitarja” juga merupakan bagian dari opera Majapahit yang kaya akan riset sejarah dan antropologi, yang akan membawa penonton dalam petualangan berbeda namun terasa dekat. Opera “GAYATRI” dan “Gitarja” menyoroti kekayaan dan kesakralan karakter wanita Nusantara, menjadikannya penting untuk disampaikan kepada generasi penerus, bukan hanya melalui pendidikan formal.
Menurut Mhyajo, menyaksikan “GAYATRI” di tanah kelahirannya adalah sebuah perayaan sejarah. Hal ini memberikan pengalaman unik yang mendalam. Ini adalah langkah pertama dalam perjalanan menuju pementasan perdana “Gitarja” di Jakarta, sebulan berikutnya.
Ini adalah momen bersejarah yang memadukan seni dan budaya, dan diharapkan akan memberikan pengalaman yang mendalam bagi penonton serta menginspirasi generasi mendatang.
Kami berharap siaran pers ini mendapatkan respons positif dari teman-teman media dan bisa disebarluaskan kepada masyarakat. Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya. (TB)