ASKARA – Suara anak muda menjadi barometer keterpilihan pemimpin-pemimpin negara pada kontestasi Pemilihan umum (Pemilu) 2024. Peluang ini perlu dimanfaatkan anak muda untuk menjadi penentu arah kemajuan dan perubahan bangsa.
Peluang, potensi dan kekuatan anak muda dalam konstestasi Pemilu kali ini, didiskusikan dalam webinar bertema “Anak Muda dan Kekuasaan” yang diselenggarakan oleh Apahabar Community .Rabu (15/11).
Webinar Apahabar Community sesi kedua ini, menghadirkan narasumber-narasumber muda, mulai dari Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, Pengamat Politik Ujang Komarudin, Ketua BEM Universitas Gajah Mada Gielbran Muhammad Noor dan Runner up Putri Otonomi Indonesia 2023 Karina Moudy.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengatakan generasi muda perlu berpartisipasi dalam upaya bersama untuk membangun bangsa dan negara secara progresif dengan semangat anak muda yang mereka miliki layaknya Bung Karno.
“Suatu bangsa bukan sekedar ada wilayah dan rakyatnya. Harus ada kesamaan cita-cita dan kesamaan nasib. Jadi siapapun generasi pemegang kekuasaan selanjutnya, harus mengingat itu. Bagaimana kita memperjuangkan kesamaan nasib dan cita-cita yang dikelola secara inklusif adil dan makmur,” kata Bupati Trenggalek.
Lebih jauh Bupati muda yang mulai menjadi Wakil Bupati saat berusia 25 tahun itu, melihat generasi muda punya potensi lebih dengan kemampuan yang mereka miliki di tengah perkembangan zaman yang berakselerasi dengan cepat.
“Kekuasaan itu harus menjadi amanah. Bagaimana melanjutkan perjuangan berdarah-darah para pejuang, yang mungkin sekarang kita tinggal beradu gagasan, kita tinggal memastikan semua talenta dan skill yang kita punya, untuk membangun bangsa lebih cepat dan sustainable,” tuturnya.
Pengamat Politik Ujang Komarudin sepakat bahwa kaum muda perlu mengambil peran dengan adanya bonus demografi, yang saat ini dimiliki Indonesia. Alasannya karena gelombang kekuatan dari tenaga produktif anak muda ini sangat diperlukan untuk akselerasi kemajuan bangsa.
“Kita sepakat bahwa ada peluang besar peran anak muda yang positif dan baik bagi bangsa. Putusan MK bagi pemimpin muda harus dilihat sebagai peluang anak muda untuk bergerak mengambil peran dan tempat di mana pun. Karena pada tahun 2033 sudah alih generasi, dan tidak ada lagi politisi senior. Dan mereka sudah menjadi king maker,” paparnya.
Baginya kesempatan ini perlu dipersiapkan oleh generasi muda untuk menjadi pemimpin masa depan, karena itu mereka tidak boleh lagi menjadi penonton yang apatis terhadap politik.
“Peluang ini yang harus kita upayakan. Karena anak muda itu cenderung pasif dan apatis. Mereka tidak mau aktif dalam politik karena menganggap bahwa politik itu tidak berdampak pada dirinya. Padahal peluang tadi, undang-undang memberi ruang untuk menjadi walikota, bupati, gubernur, menteri dan pejabat lain. Dan sudah saatnya diisi anak muda,” pungkasnya.
Ketua BEM Universitas Gajah Mada, Gielbran Muhammad Noor mengungkapkan isu pemimpin muda sangat menarik saat ini, karena mayoritas konstituen Pemilu 2024 adalah anak muda. Baginya yang menjadi catatan adalah suara anak muda yang lebih dari 50 persen perlu memainkan peran dalam kontestasi Pemilu saat ini.
“Kalau dilihat dari angka secara objektif pemilih muda menjadi mayoritas pemilih. Lebih dari 50 persen. Nah, siapa yang tahu kebutuhan anak muda, ya anak muda sendiri. Jadi saya sepakat anak muda perlu didorong karena sekarang perubaan zaman akselerasinya sangat cepat, dan kurasa anak muda yang tahu,” ungkapnya.
Ia juga berpesan agar suara anak muda tidak hanya menjadi objek politik nihil peran, sehingga mereka perlu mengambil peran lebih dengan menjadi bagian dari kontestasi Pemilu 2024.
“Jangan mau menjadi objek politik saja. Artinya mengingat suara kita sangat besar angkanya dan akan sangat seksi bagi politisi, jangan hanya jadi objek politik dan menjadi ceruk suara tapi hanya menjadi objek politik. Kita harus berani berkontestasi atau minimal memeriahkan agenda politik ala anak muda yang intelektual dan kekinian,” tutur Gielbran.
Runner up Putri Otonomi Daerah 2023, Karina Moudy punya impian besar agar anak muda dapat menjadi pemimpin yang membawa perubahan, minimal di daerahnya masing-masing. Hal ini kemudian bisa menjadi gerakan untuk membangun kekuatan generasi muda.
“Sebenanrya cita-citaku ingin memajukan daerahku. Aku kebetulanjadi Runner up 1 Putri Otonomi Indonesia mewakili daerahku Pati. Aku tidak ingin benar-benar menjadi pemimpin tetapi ingin memajukan daerahku sendiri,” ucapnya.
Karina mengingatkan kepada generasi muda agar tidak memikirkan diri mereka sendiri, karena hidup yang lebih baik adalah bagaimana pribadi itu bermanfaat bagi orang lain.
“Hidup itu bukan hanya untuk kaya, tapi kaya dan berkarya,” tukasnya.
Webinar ini dipandu oleh moderator Annisa Daulay dari Apahabar Community. Webinar yang mengupas isu generasi muda dan kekuasaan ini juga akan diikuti dengan lomba menulis artikel berhadiah menarik.
Editor: Theo Agoy