ASKARA – Pengamat militer bilang: Tentara @ manusia yg disempurnakan. Kenapa? Ia dididik bukan untuk dirinya sendiri, melainkan mengorbankan jiwa raga bagi kebahagiaan masyarakat & kedaulatan bangsa. Dia dididik mampu menyimpan perasaannya, hadirkan “virtus staat in medio” (menjaga netralitas demi menjaga kesatuan dan persatuan bangsa di atas kepentingan pribadi).
Disanalah denyut nafas abdi negara layaknya TNI & Polri agar makin dicintai rakyat.
Disana hadir talenta spiritualitas yg maknai kaum bersenjata kokoh hadirkan garis tegak lurus pd pimpinan yg tak dapat ditandingi oleh kekuatan organisasi garis partai sekalipun.
Tentara sejati siap susah, setia, taat dan loyal pada atasan. Justru karena bergerak untuk menjadi bukan siapa-siapa sebagai abdi negara, ia akan terus menjadi sesuatu yang memudahkannya mengembangkan talenta, menemukan makna dan arti kehidupan.
Talenta bukanlah semata bakat, atau modal, tapi menyangkut afeksi dan rohani yang dikembangkan menjadi matang. Buah kematangan itu namanya hidup bahagia.
Talenta @ kesempatan mengolah alam pikir (kognisi), mengembangkan olah rasa (emosi & afeksi), serta mematangkan olah rohani (spiritual). Dari ketiganya talenta spiritualitaslah yang tertinggi karena disana orang mampu memaknai dirinya sebagai bagian dari ciptaan Tuhan yang Maha Agung.
Disanalah hidup menjadi kesempatan membahagiakan orang lain.
Kebahagiaan hidup didapat manakala orang terlibat dengan suatu usaha yg bermakna karena kita bantu membuat orang bahagia.
Sebaliknya, orang tak akan pernah menjadi bahagia apabila ia justru berusaha untuk menjadikan dirinya bahagia.
Maka, lakukan hal-hal yang kau sukai, dan percayalah pada dirimu sendiri dengan berbuat baik kepada orang lain (Steve Jobs).
“Hidup itu bukan tentang menunggu badai berlalu, tetapi tentang belajar menari di tengah hujan.” (Vivian Greene).
Salam sehat berlimpah berkat.
+ Rm. Yos. Bintoro, Pr