Menggalakkan Pendidikan Berkualitas Melalui Inovasi Merdeka Belajar

Menggalakkan Pendidikan Berkualitas Melalui Inovasi Merdeka Belajar

ASKARA – Program Organisasi Penggerak (POP) melibatkan organisasi masyarakat (ormas) dalam menjalankan Episode 4 Merdeka Belajar. Pelibatan ini membuktikan peran penting Ormas dalam meraih target keempat Sustainable Development Goals (SDGs) terkait Pendidikan Berkualitas.

Dalam Simposium POP 2023, Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan GTK, Nunuk Suryani, menyoroti keberhasilan POP dalam mengajak ormas yang bergerak di bidang pendidikan.

“Ada 160 proposal intervensi dari 135 ormas, mencerminkan dukungan nyata dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,” ujarnya di Novotel Mangga dua, Jakarta, Sabtu (24/11) 

Pelibatan ormas terbukti memberikan dampak positif, seperti terlihat dari perubahan signifikan pada lingkungan belajar, hasil belajar, dan karakter peserta didik. Rachmadi Widdiharto, Direktur Guru Pendidikan Dasar, menegaskan bahwa program ini berhasil mencapai 7.300 satuan pendidikan dan memberikan manfaat kepada 50.000 guru serta kepala sekolah.

“POP fokus pada peningkatan kompetensi fundamental peserta didik, seperti literasi, numerasi, dan penguatan karakter,” tambah Rachmadi.

Pentingnya peningkatan kualitas pendidikan terbukti dalam hasil studi kuantitatif dan kualitatif yang menunjukkan peningkatan signifikan pada Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), terutama pada skor literasi dan numerasi. Irawan, Ketua Yayasan Nurhidayah Dayah, mengapresiasi sinergitas antar pelaku pendidikan, terutama para pendidik penerima manfaat program.

“POP menjadi jembatan sinergi antar daerah untuk peningkatan kompetensi pembelajaran yang lebih berkualitas,” ungkapnya.

Dr. Jamal dari Yayasan Akselerasi Islami Siswa Indonesia menyoroti kolaborasi positif antara pemerintah, ormas, dan sekolah.

“Terima kasih untuk Kemendikbudristek, Program Organisasi Penggerak ini mewujudkan semangat rayakan merdeka belajar,” ujar Dr. Jamal.

Fakhrul Roji, Ketua Forum Indonesia Menulis Kalimantan Barat, menambahkan dimensi unik dari lapangan.

“Dalam kondisi geografis sulit, peserta POP menunjukkan keseriusan dengan mendaki bukit, melewati hutan, bahkan menempuh perjalanan selama 2 hari demi mendukung pendidikan di daerah terpencil,” katanya.

Selain statistik, dampak praktik baik POP tampak dalam perubahan perilaku guru terhadap disiplin positif. Yusri dari Yayasan Indonesia Mengabdi menjelaskan, pelatihan ini berhasil mengubah paradigma guru dalam mendisiplinkan siswa tanpa kekerasan, terlihat dari peningkatan disiplin positif seperti berbicara sopan dan tanggung jawab pribadi.

Apresiasi juga disampaikan Yanti KerLiP, Ketua Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan.

“Semoga semangat gotong royong untuk pendidikan berkualitas terus menguat demi mencapai target SDGs 2030 keempat,” pungkas Yanti.

Keberhasilan POP tercermin dalam kesepakatan 88 dari 133 Ormas POP untuk membentuk asosiasi, menunjukkan semangat bersama dalam memastikan hak atas pendidikan dan perlindungan anak di Indonesia terpenuhi secara merata dan berkeadilan.