ASKARA – Jika diimplementasikan Islam secara kaffah jika ada ukhuwah maka diharapkan dengan Pengajian Kebangsaan: Lintas Firqoh dan Lintas Fraksi akan terus kita bangun maka kisi kisi atau gradasi politik kedepannya tidak terjadi lagi.
Demikian disampaikan Cendikiawan Muslim yang juga Pakar Ekonomi Kelautan, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MSc menyampaikan tausiah dengan tema Imtaq dan “Akhlak Mulia Kunci Sukses dan Bahagia Dunia-Akhirat” di rumah Jl. Teuku Umar No.9, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (5/12) malam.
Dalam forum kali ini tokoh-tokoh nasional yang hadir antara lain Cawapres Mahfud MD, Ikrar Nusa Bhakti, Yenny Wahid, Ketua Santri Milenial Jabar, Ketum APINDO Hariyadi Sukamdani, Rektor alAzhar Prof. Asep saepudin, mantan ketua dpd Irman Gusman, Mantan Dubes Tiongkok Imron Cotan.
“Kita berkeinginan tentunya kontestasi pilpres ini pun harusnya dijalankan secara demokratis yang benar, tidak ada intervensi, tidak ada manipulasi hukum,” ujar Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University.
Sehingga, sambungnya, siapapun yang menang benar-benar presiden yang punya kompetensi, yang punya iman dan takwa, tidak pembohong, serta yang punya pengalaman dst. “Insya Allah dengan pengajian ini kita tetap solid,” ucapnya.
Selanjutnya, Prof. Rokhmin Dahuri memaparkan tujuan pengajian ini ada tiga. Pertama, supaya memastikan bahwa iman dan takwa kita senantiasa terjaga. “Karena saya amati banyak sekali yang tujuannya dunia saja (hubbud dunya). Dimensi akhirat susah dipegang. kalau dunianya tercapai kita bersahabat tapi kalau tidak terpenuhi menjauh,” terang Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat itu.
Dari hasil penelitian Monash University, 2014, terangnya, ternyata sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, umat Islam yang melaksanakan shalat fardhu hanya sekitar 25 persen. Sebagian besar mengerjakan amal saleh hanya untuk diri sendiri atau keluarganya.
“Jangan-jangan yang khusu hanya 5 persen. Padahal untuk mencegah kemungkaran itu syaratnya shalatnya khusu,” tandasnya.
Untuk itu, Prof Rokhmin mengatakan, dengan pengajian ini kita yakin bahwa akhirat itu ada dunia hanya sementara.
Lalu mengutip hadis, Prof Rokhmin mengatakan bahwa kenikmatan dunia hanya 1 persen, sedangkan 99 persen itu di Surga. Sayangnya kita menjadikan dunia segalanya.
“Kita tidak boleh bertengkar kalau soal dunia karena kenikmatan dunia hanya 1 persen. Karena orang yang mencintai Akhirat hidupnya optimis, bahagia, tangan di atas, menyingkirkan duri dari jalan dst. Tapi kalau Akhirat tidak lagi dihati makin brutal,” tutur Dewan Pakar DPP Ikhwanul Muballighin itu.
Mengutip Surat Al Hajj ayat 60, Prof. Rokhmin menerangkan, jika tidak beriman kepada Akhirat niscaya akhlaknya buruk sekali. Maka, kita menjumpai akhlak nya jungkir balik karena mungkin keimanan Akhiratnya lagi tidak ada.
Sedangkan tujuan kedua, bagaimana kita menjalin ukhuwah. Ketiga, kita hidup Sejahtera, punya kedudukan, punya sains dan teknologi untuk bisa membantu Indonesia dan dunia.
“Mudah-mudahan dengan 3 tujuan ini, pengajian yang terus kita tekuni Insya Allah membawa kita di dunia berakhlak mulia dan di Akhirat Insya Allah masuk Surga,” terangnya.
Mengapa ada Muslim akhlaknya parah? Menurutnya ada dua, dibuat manusia dan dibuat Allah.
Yang dibuat manusia sudah mati sejak 1991 berbarengan dengan glasnost dan perestroika. Begitu juga dengan kapitalisme banyak kegagalannya. Di bidang ekonomi, lingkungan hidup maupun sosial.
“Kenapa manusia sombong sekali. Padahal Allah sudah memberikan Al-Qur’an dan Al Hadist,” katanya.
Menurut Prof. Rokhmin Dahuri bahwa pedoman hidup yang benar yang membuat hidup bahagia, sukses dunia akhirat ada tiga, yaitu: Pertama, innaddina indallahil islam, bahwa agama yang diridhai itu Islam.
Kedua, dalam Surat Ali Imran ayat 85, barangsiapa yang mengambil pedoman hidup selain Islam amalnya tidak akan diterima dan di Akhirat akan merugi. Fakta empiris kegagalan kapitalisme dari segi ekonomi. Yang pasti sebelum Covid penduduk dunia sekitar 3 miliar masih miskin. Sedangkan yang fakir miskin 1 miliar.
Sekarang 2.3 miliar orang hidup dalam keadaan langka air, 2 miliar orang tidak memiliki akses untuk air bersih, 3,6 miliar orang tidak punya WC di rumah nya, 2,3 miliar orang jauh dari sanitasi.
270 tahun kapitalisme berjaya ternyata pada tahun 2010 sebanyak 338 orang terkaya di dunia kekayaan nya sama dengan 50 persen penduduk dunia.
Tahun 2017, kekayaan 50 persen penduduk dunia yang level bawah sama dengan kekayaan 8 orang.
Saat ini negara-negara yang penduduknya hanya 18 persen itu mengkonsumsi 70 persen energi dunia. “Yang lebih mengerikan 87 persen yang dikonsumsi oleh negara-negara Barat itu ternyata berasal dari fosil fuel, batu bara, minyak dan gas. Ini biang kerok global warming,” katanya.
Di bidang sosial budaya di dunia terutama di perkotaan bunuh diri semakin meningkat, ketidak adilan ekonomi, pengangguran dan kemiskinan ekstrem merupakan akar masalah dari terorisme dan radikalisme.
Ternyata setelah 78 tahun merdeka Indonesia pendapatan perkapita masih 4580, belum menjadi negara maju dan makmur.
Sedangkan untuk menjadi negara makmur adalah negara yang pendapatan nasional kotor per kapitanya di atas 13.850 dolar AS (Bank Dunia, 2020).
Pada kesempatan tersebut, Prof Rokhmin memaparkan 10 Permasalahan & Tantangan Pembangunan Indonesia. Yakni: 1. laju pertumbuhan ekonomi rendah (< 7% per tahun); 2. Pengangguran & Kemiskinan; 3. Ketimpangan Ekonomi Terburuk Ke-3 Di Dunia; 4. Disparitas Pembangunan Antar Wilayah; 5. Fragmentasi Sosial-Politik Yang Mengancam Persatuan Dan Kesatuan Bangsa; Selanjutnya, 6. Deindustrialisasi; 7. Kedaulatan Pangan, Farmasi, Dan Energi Rendah; 8. Inovasi, Daya Saing & IPM Rendah; 9. Kerusakan Lingkungan & SDA; 10. Volatilitas & Disrupsi. "Dalam konteks kekinian yang paling menakutkan masalah ke 5, pada 2019 ada kecebong vs kampret. Sekarang antara demokrasi dengan paman Usman konfliknya," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan RI 2001-2004 itu. Kemiskinan, kata Prof. Rokhmin parah sekali. Menurut BPS yang miskin sudah 9,4 persen atau sekitar 2,6 juta orang. Tapi garis kemiskinannya yang realistis 2,5 dolar per-hari atau sejuta 1.250 ribu per orang perbulan. Selanjutnya, Ketimpangan Indonesia terburuk ke 3 di dunia. Padahal ada Hadist jika kita masih tidur nyenyak sementara tetangganya masih nganggur, kelaparan kata Rasulullah bukan umatku. Fakta ketimpangan lain 0,2 persen penduduk terkaya di Indonesia menguasai 66 persen luas lahan nasional. Sementara itu, Pulau Jawa yang hanya seluas hanya 5 persen sumbangan terhadap ekonomi hampir 60 persen. Sedangkan Bali, NTB, NTT hanya 3 persen. Maluku dan Papua 2,5 persen. "Jadi disparitas pembangunan antar wilayahnya tidak memungkinkan ekonomi kita kompetitif," kata Prof. Rokhmin Dahuri. "Semoga, dengan pengajian ini kita mampu meningkatkan kualitas kesalehan individual dan kesalehan sosial (Islamicity Index) Umat Islam. Sehingga, kita dapat berkontribusi signifikan bagi terwujudnya Indonesia maju, adil-makmur, dan berdaulat dalam waktu dekat," tutup anggota Dewan Penasihat Ilmiah Internasional Pusat Pengembangan Pesisir dan Lautan, Universitas Bremen, Jerman itu. Editor: Husnie