ASKARA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mengoptimalkan pemanfaatan bendungan yang telah diresmikan untuk menghadapi musim kemarau dan hujan. Hal ini sesuai dengan kebijakan OPOR (Operasi Pemeliharaan Optimalisasi dan Rehabilitasi) yang disampaikan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Menteri Basuki mengatakan, pembangunan bendungan dan embung sebagai tampungan air di berbagai wilayah Indonesia merupakan salah satu upaya nyata untuk mengatasi ancaman perubahan iklim (climate change), terutama menghadapi cuaca ekstrim.
“Untuk menghadapi ancaman perubahan iklim (climate change) Pemerintah Indonesia harus memperbanyak tampungan air (reservoar), baik itu embung dan bendungan. Kita utamakan bendungan agar di saat kemarau masih ada cadangan air yang cukup besar. Dan di musim hujan, mampu menjadi tampungan yang efektif menahan debit banjir,” kata Menteri Basuki.
Salah satu bendungan yang telah diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Desember 2022 lalu adalah Bendungan Sadawarna di Kabupaten Subang dan Sumedang untuk mendukung ketahanan pangan dan pengendalian banjir di Provinsi Jawa Barat.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Kementerian PUPR Bastari mengatakan, setelah diresmikan Presiden, BBWS Citarum terus mengoptimalkan pemanfaatan Bendungan Sadawarna terutama untuk menghadapi musim hujan dan kemarau lalu.
“Bendungan ini sudah berfungsi baik dalam menahan air untuk pengendalian banjir pada musim hujan di akhir 2022 dan di awal 2023. Sudah ada pengurangan banjir yang signifikan di Pantura Subang pada musim hujan lalu. Bendungan Sadawarna dilengkapi dengan pintu early release sehingga untuk antisipasi banjir, tinggi muka air waduk dapat diturunkan dari Muka Air Normal di Elevasi +80 ke elevasi + 77,2 sehingga tersedia tampungan banjir sebesar 13,5 juta m3,” kata Bastari.
Sedangkan di musim kemarau kemarin, Bastari mengatakan terus dilakukan pembukaan air dengan debit 1,4 m3/detik ke hilir Sungai Cipunegara. “Selama musim kemarau kita selalu lepas aliran air ini untuk pemeliharaan sungai di hilir (maintenance flow), dan mungkin jika tanpa bendungan ini Sungai Cipunegara akan kering terdampak kemarau panjang,” ujarnya.
Ditambahkan Bastari, terkait fungsi irigasi dari Bendungan Sadawarna saat ini sudah tahap detail desain dan akan dibangun saluran irigasi primer untuk mengairi lahan sawah di Indramayu sekutar 2400 hektare (ha) dan Subang sekitar 2000 ha.
“Intake irigasinya sudah dibuat dengan aliran 4,2 m3/detik (4.200 liter/detik) dan sudah disiapkan pintu air irigasinya ke Subang dan Indramayu, saat ini masih proses AMDAL dan Penetapan Lokasi (Penlok) untuk saluran irigasi primernya dengan rencana konstruksi di 2025. Sementara saat ini airnya dikembalikan ke Sungai Cipunegara dan ada Bendung Salamdarma di hilir untuk menambah pasokan irigasi Jatiluhur,” terang Bastari.
Terakhir, diungkapkan Bastari, untuk pemanfaatan air baku dari Bendungan Sadawarna tengah disiapkan pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). “Sudah ada desainnya, saat ini proses penyusunan rencana aksi bersama dgn PDAM masing-masing kabupaten, dengan kapasitas 1,2 m3 (1.200 liter/detik) untuk Kabupaten Subang 500 liter/detik, Indramayu 500 liter/detik, dan Sumedang 200 liter/detik. Rencana pembangunan untuk fasilitas air bakunya dimulai tahun 2025,” tutupnya.