Jenderal Charles De Gaulle

Jenderal Charles De Gaulle

Oleh Prabowo Subianto [diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto] 

“Di Inggris pada tanggal 20 Mei 1940, ia mengeluarkan pidatonya yang sangat terkenal melalui radio BBC kepada semua warga negara Prancis. Ia mengatakan dalam bahasa Prancis, “La France a perdu une bataille! Mais la France n’a pas perdu la guerre.”

“Kita telah kalah dalam satu pertempuran tapi kita belum kalah perang”, dan dimana dia mengajak semua rakyat Prancis, terutama para prajuritnya untuk bergabung bersamanya melawan invasi Jerman.

Sikapnya dalam masa yang sangat genting bagi Prancis yaitu dimana Prancis mengalami kehancuran militer, sikapnya yang tidak menyerah itulah yang menjadikan beliau sebagai tokoh Prancis yang sangat dikagumi sampai sekarang.”

Charles André Joseph Marie de Gaulle atau populer dengan nama Jenderal de Gaulle, lahir di Lille, Prancis, 22 November 1890 dan meninggal di Colombey-les-Deux- Églises, Prancis, 9 November 1970, adalah pimpinan militer dan negarawan Prancis.

Sebelum Perang Dunia II, dia dikenal sebagai penyusun taktik pertempuran lapis baja dan pendukung penggunaan kendaraan lapis baja dan pesawat tempur. Dia adalah pemimpin kelompok pejuang Prancis Merdeka dalam Perang Dunia ke II yang juga kepala pemerintahan sementara Prancis pada 1944-1946.

Jenderal de Gaulle adalah seorang perwira Perang Dunia I, yang terkenal mahir menyusun taktik, terutama dalam pengerahan kendaraan lapis baja (tank) di medan perang. Kepemimpinan Jenderal De Gaulle sudah terlihat dari sejak ia menjadi perwira muda. Selain ketekunannya dalam belajar ilmu militer dan ilmu perang, ia juga sangat mendalami sejarah. Sejak perwira muda ia pun berhasil berpikir kritis mencari metode-metode teknik dan taktik perang yang mutakhir.

Ia pun sangat terkenal dengan fisik yang kuat dan keberanian yang menonjol. Pada Perang Dunia ke I ia masih seorang perwira utama, ia terluka dan tertawan oleh Jerman. Dari kamp tawanan Jerman ia telah berusaha berkali-kali untuk meloloskan diri. Setelah Perang Dunia ke I ia terus menekuni karier militer dan dengan pengalaman dari Perang Dunia ke I ia melahirkan beberapa karya tulis tentang bagaimana membangun tentara Prancis yang modern dan andal.

Hal yang menonjol dalam perjalanan hidup Charles de Gaulle menurut pendapat saya adalah bahwa ia menolak ikut dalam semangat “defeatism.” Semangat defeatism ini ialah suatu semangat kalahan, semangat menyerah, dan ini yang pernah melanda elite politik dan elite militer Prancis.

Sesungguhnya pada awal Perang Dunia ke II yaitu pada tahun 1939, kekuatan militer Prancis lebih kuat dari kekuatan militer Jerman. Dari segi jumlah prajurit, jumlah divisi, jumlah pesawat tempur, jumlah tank, jumlah meriam, kekuatan Prancis sesungguhnya berada di atas kekuatan Jerman.

Namun, elite militer Prancis sangat konservatif, tidak suka inovasi. Pimpinannya pun sangat kaku. Berpikir selalu ortodoks, tidak pernah mau berpikir di luar kebiasaan. Para pimpinan tentara Prancis berorientasi selalu membanggakan masa lampau. Menganggap remeh lawan, juga mengandalkan sistem senioritas dalam Korps perwiranya, sehingga perwira-perwira muda yang penuh gagasan baru, penuh pemikiran inovatif juga tidak diberi tempat dan tidak dihiraukan.

Itulah sesungguhnya apa yang terjadi, sehingga dengan serbuan Blitzkrieg oleh Jerman, tentara Prancis dengan cepat collapse dan mundur di semua front. Terjadilah gerakan outmanuver.

Kemudian, di situlah kelihatan keberanian Jenderal Charles de Gaulle. Walaupun semua pimpinannya menyerah, ia tidak menyerah. Bahkan ia coba memengaruhi pimpinannya, terutama Menteri Pertahanan, waktu itu disebut Menteri Peperangan, Ministry Of War dari Prancis Paul Reynaud.

Ia coba meyakinkan untuk tidak menyerah dan melanjutkan pertempuran melawan Jerman. Namun sia-sia, akhirnya ia memutuskan untuk eksfiltrasi ke Inggris. Di Inggris pada tanggal 20 Mei 1940, ia mengeluarkan pidatonya yang sangat terkenal melalui radio BBC kepada semua warga negara Prancis. Ia mengatakan dalam bahasa Prancis, “La France a perdu une bataille! Mais la France n’a pas perdu la guerre.” “Kita telah kalah dalam satu pertempuran tapi kita belum kalah perang,” dan dimana dia mengajak semua rakyat Prancis, terutama para prajuritnya untuk bergabung bersama dia melawan invasi Jerman.

Reaksi elite militer dan politik Prancis adalah menjatuhkan hukuman mati kepada de Gaulle tapi ia tidak gentar. Ia teruskan perjuangan sampai ia yang menang, dan ia mengembalikan harga diri dan rasa kehormatan daripada bangsa Prancis.

Jadi kalau memang waktu itu sekutu dan pihak Prancis kalah, sudah pasti De Gaulle akan dihukum mati. Akan tetapi ia tidak menggubris hal tersebut, ia terus melawan.

Akhirnya berhasil ikut dalam pembebasan Prancis dari cengkeraman Jerman. Kepribadian dan leadership semacam itulah yang akhirnya membuat Jenderal de Gaulle sangat dihormati di Prancis seolah-olah Jenderal de Gaulle ikut menyelamatkan kehormatan besar Prancis.

Kekalahan yang memalukan yang diakibatkan oleh fighting spirit yang rapuh dari elite politik dan elite militer Prancis berhasil dibersihkan oleh karakter dan kepemimpinan Jenderal De Gaulle. Bagi saya ini contoh bahwa seseorang individu dapat berbuat sangat besar untuk kepentingan bangsa dan rakyatnya.

Sikapnya dalam masa yang sangat genting bagi Prancis yaitu dimana Prancis mengalami kehancuran militer, sikapnya yang tidak menyerah itulah yang menjadikan beliau sebagai tokoh Prancis yang sangat dikagumi sampai sekarang.

Juga sikap negarawan sewaktu ia menjadi Presiden Prancis, dimana ia membela kepentingan Prancis dengan sangat rasional, dengan sangat tenang dan berani keluar dari sikapsikap ortodoks, dan sikap-sikap konservatif.

Charles de Gaulle menentang pendapat pihak konservatif yang kuat untuk memberikan kemerdekaan kepada Aljazair. Dia mempertaruhkan pemberontakan militer dari pasukan Prancis di Aljazair. Dia menjadi sasaran banyak upaya pembunuhan oleh perwira pemberontak. Mereka yang mencoba membunuh De Gaulle adalah yang dari organisasi teror yang disebut OAS (Organisation de l’Armée Secrte).

Charles de Gaulle juga menolak untuk terlibat dalam Perang Vietnam setelah penarikan Perancis dari Indochina pada tahun 1964. Dia juga mengembangkan Angkatan Nuklir Independen untuk Prancis karena dia ingin Prancis benar-benar mandiri dan tidak bergantung pada negara lain untuk keamanan energinya. Ia mencabut kehadiran Prancis di Aljazair yang telah berjalan ratusan tahun. Juga, dia menolak untuk terlibat dalam Perang Vietnam dengan Amerika Serikat karena dia tahu bahwa itu tidak mungkin untuk mencegah kemerdekaan rakyat Vietnam. Itulah beberapa fakta menarik tentang Jenderal Charles de Gaulle.

Saat Perang Dingin, dia memprakarsai Prancis tidak boleh bergantung pada negara lain demi keamanan dan kemakmuran nasionalnya. Karena itu dia menjalankan kebijakan yang membuat Prancis keluar dari NATO dan menyiapkan proyek pengembangan nuklir yang menjadikan Prancis kekuatan nuklir keempat.

Source: https://prabowosubianto.com/jenderal-charles-de-gaulle/