Harga jual mobil listrik bekas yang terjun bebas dipasaran, memang bagi sebagian kalangan masyarakat Indonesia menjadi hal yang begitu diperhatikan guna beralih pada kendaraan elektrifikasi tersebut.
Hal ini diakui pula oleh Wahyu Handani selaku Training and Sales Manager PT Neta Auto Indonesia. Menurut dia, ada beberapa faktor yang menyebabkan harga jual mobil listrik bekas tidak lebih baik ketimbang mobil bermesin bakar internal (Internal Combustion Engine/ICE).
“Harga bekas mobil listrik saat ini memang lebih rendah dibandingkan mobil bensin, karena satu dari beberapa faktornya permintaan di pasar juga masih sedikit,” ucap dia, ketika ditemui di Bandung, Jawa Barat, Rabu (10/07/2024).
Ia menyebut, berdasarkan data penjualan Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor) saja, penjualan mobil baru jenis BEV (Battery Electric Vehicle) masih jauh lebih rendah dari mobil ICE.
Alhasil pengguna mobil listrik di Indonesia pun masih sangat sedikit jumlahnya, dan menemukan unit second mobil ini juga tak sebanyak mobil bensin atau diesel.
Baca juga: Toyota Alphard Gen 2 Bekas Lebih Berkelas Ketimbang Beli Avanza atau Veloz Baru
Pasaran Harga Bekas Mobil Listrik di Indonesia
Berdasarkan pantauan Autofun melalui sejumlah situs jual beli mobil bekas yang ada di Indonesia, termasuk Mobil123, beberapa mobil listrik yang sudah ada unit sekennya antara lain Hyundai Ioniq, Hyundai Ioniq 5
Untuk harga mobil listrik Hyundai bekas misalnya, Ioniq keluaran 2001 dihargai Rp 340 jutaan sampai Rp 375 jutaan, padahal harga barunya dulu mencapai Rp 675 jutaan shingga Rp 682 jutaan.
Lantas untuk harga Ioniq 5 bekas, ada di rentang Rp 570 jutaan hingga Rp 645 jutaan, tergantung dari tahun kelahiran mobil tersebut.
Bandingkan dengan harga barunya, untuk Ioniq 5 tipe Signature Long Range per 2024 banderolnya sudah Rp 895 juta, sementara yang varian Ioniq 5 Batik, menyentuh Rp 990 juta.
Menariknya lagi, Hyundai Ioniq 6 juga ternyata sudah ada unit bekasnya, dengan harga di rentang Rp 800 juta – Rp 915 jutaan untuk yang keluaran 2023. Padhal unit barunya saat ini dijual Hyundai Indonesia dengan harga lebih dari Rp 1,2 miliar.
Lantas gimana dengan mobil listrik paling populer di Tanah Air seperti Wuling Air ev? Ternyata harga mobil listrik Wuling bekas juga ikutan drop.
Misalnya dengan harga Rp 135 jutaan – Rp 150 jutaan, kalian sudah bisa dapat Air ev bekas tipe Standard Range tahun 2022 hingga 2023.
Tapi kalau minat cari Air ev bekas tipe Long Range, maka siapkan budget sekitar Rp 175 jutaan hingga Rp 185 jutaan.
Perbandingan Harga Jual Mobil Listrik Bekas | ||
---|---|---|
Model | Harga bekas | Harga Baru |
BMW i8 2016 | Rp 2.3 miliar | Rp 3.500.000.000 |
BMW iX 2023 | Rp 1,6 miliar – Rp 1,7 miliar | Rp 2.483.000.000 |
Hyundai Ioniq 2021 | Rp 345 juta – Rp 375 juta | Rp 675.000.000 |
Hyundai Ioniq 5 | Rp 570 juta – Rp 740 juta | Rp 782.000.000 – Rp 990.000.000 |
Hyundai Ioniq 6 2023 | Rp 800 juta – Rp 915 juta | Rp 1.220.000.000 |
Mercedes-Benz EQE 2023 | Rp 1,7 miliar – Rp 1,8 miliar | Rp 2.300.000.000 |
Nissan Leaf 2021 | Rp 550 juta | Rp 738.000.000 |
Toyota BZ4X 2023 | Rp 880 juta – Rp 890 juta | Rp 1.190.000.000 |
Wuling Air ev Standard Range | Rp 135 juta – Rp 165 juta | Rp 224.000.000 |
Wuling Air ev Long Range | Rp 175 juta – Rp 185 juta | Rp 275.000.000 |
Baca juga: Harga Bekas di Bawah Rp200 Juta, Sedan Mewah Toyota Mark X Cocok Buat yang Suka Tampilan Parlente
Harga Jual Mobil Listrik Bekas Drop, Tak Layak Beli?
Meskipun dari data yang ada saat ini harga jual mobil listrik bekas mengalami depresiasi yang sangat tajam dibanding harga barunya, bukan berarti lantas saatnya kalian urungkan untuk membeli mobil bertenaga baterai dan motor electric tersebut.
Wahyu menekankan, meski harga second drop jauh, tetapi jangan jadikan alasan untuk tidak beralih pada kendaraan elektrifikas. Sebab biaya penggunaan mobil listrik lebih terjangkau dalam jangka panjang dibanding mobil bensin atau diesel.
“Walaupun nilai jual kembali saat ini mungkin lebih rednah, tapi penggunaan mobil listrik memiliki biaya operasional yang jauh lebih rendah dibandingkan mobil bensin. Ini adalah informasi yang kami terus berikan kepada konsumen,” kata dia.
Bahkan dirinya menekankan, berdasarkan hitung-hitungan internal pihak Neta, maka biaya operasional kepemilikan mobil listrik bisa hemat sampai Rp 30 juta per tahun dibanding mobil bensin.
Ia juga menyebut, demi terus merangsang minat pembeli mobil listrik, satu diantaranya Neta Indonesia sudah menyiapkan beberapa program layanan purna jual.
Termasuk akan adanya sistem Buy Back Guarantee demi meningkatkan harga jual mobil listrik bekas terutama untuk merek Neta.
Baca juga: Pilih Toyota Camry Hybrid yang Irit BBM atau Cukup Varian Bensin Aja?
Harga Mobil Listrik Second Jatuh Bukan Cuma di Indonesia
Selain tipikal masyarakat di Tanah Air yang kerap memikirkan harga jual kembalinya sebelum memutuskan membeli sebuah kendaraan, ternyata harga mobil listrik seken yang alami kemerosotan dibanding banderol saat barunya juga bukan terjadi hanya di Indonesia.
Sebuah riset di pasar Amerika Serikat (AS) menunjukkan, harga mobil listrik hancur di pasar mobil bekas. Contohnya Mercedes-Benz EQS yang harga bekasnya bisa anjlok hingga 47,8% meski baru satu tahun pemakaian.
Hasil studi iSeeCars juga mengungkap fakta kalau mobil listrik seperti VW ID.4, Hyundai Ioniq 5, Kia EV6, dan Nissan Leaf kehilangan lebih dari 30% nilai jualnya pada tahun pertama kepemilikan.
Mobil listrik pun dinilai sebagai satu dari beberapa jenis mobil bekas yang mengalami depresiasi harga paling jatuh pada pasaran mobil second di Negeri Paman Sam itu.
Kemudian laporan dari Bloomberg baru-baru ini juga menuliskan jika harga mobil bertenaga baterai turun lebih cepat dibandingkan mobil berbahan bakar fosil.
Harga kendaraan listrik bekas merosot sekitar sepertiga pada tahun ini. Selain itu kendaraan listrik bekas juga membutuhkan waktu lebih lama untuk terjual dibandingkan mobil konvensional bahkan setelah para penjual memberikan diskon besar.
Alasan yang paling tinggi saat dilakukan survei adalah karena mobil listrik memiliki harga baterai yang masih sangat mahal. Bahkan harga baterai mobil listrik bisa mencapai 50% dari harga mobil itu sendiri.
Calon konsumen pun tak yakin dengan kondisi kesehatan baterai saat mereka menimang-nimang membeli mobil listrik bekas, sehingga akhirnya menurunkan nilai jual kendaraan listrik tersebut secara keseluruhan.
Lantas faktor infrastruktur charging station yang tidak seluas pengisian bahan bakar minyak terutama di daerah pinggiran atau pelosok, juga membuat orang enggan memilih mobil listrik bekas meski harganya sudah jauh lebih murah ketimbang barunya.
Jika mobil listrik mengalami depresiasi yang sangat tajam, berbeda dengan nasib mobil hybrid di pasar mobil seken.
Mobil hybrid yang menggabungkan mesin konvensional dan mesin listrik ini harganya justru mengalami depresiasi kecil di pasar mobil bekas yakni berkisar 4-5 persen untuk kepemilikan per tahunnya.