Pada kuartal III-2024, kemampuan daya beli masyarakat Indonesia tidak mengalami penurunan signifikan di bawah pertumbuhan 4,95%. Faktor penyelamat pertumbuhan ekonomi adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT). Konsumsi rumah tangga stagnan di bawah 5% pada kuartal III-2024, tepatnya di 4,91%, menurun dari posisi kuartal II-2024 sebesar 4,93%, dan lebih rendah dari posisi kuartal III-2023 sebesar 5,05%. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 496,8 triliun untuk BLT tahun ini, yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya Rp 476 triliun, bahkan jauh lebih tinggi dari sebelum pandemi Covid-19 Rp 317,4 triliun.
Menurut Ujang Junaedi, penurunan daya beli masyarakat mencapai 70%, menekankan perlunya pemulihan ekonomi serta stabilitas pertumbuhan ekonomi. Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Ujang Junaedi dalam wawancaranya dengan media menyampaikan harapannya agar ekonomi stabil dan daya beli masyarakat meningkat.
Hilir-mudik ekonomi juga terlihat dari pengamatan Ari Wibowo, koordinator pedagang pisang, yang merasakan penurunan penjualan dan pendapatan sejak ibu kota dipindah. Sedangkan pedagang buah lainnya, seperti Iwan, melaporkan peningkatan omzet meskipun harga jual buah sedang terjangkau. Syamsuri, pedagang sayuran, menyebut ada peningkatan pembeli sayuran meskipun omzet turun pada beberapa komoditas tertentu.
Namun, koordinator pedagang kelapa merasa kwatir dengan penjualan yang merugikan akibat impor dari luar. Permintaan agar pemerintah tidak melakukan impor kelapa dari luar dilontarkan untuk mencegah penurunan pendapatan pedagang lokal. Semua pedagang berharap agar dengan adanya Presiden baru, ekonomi segera membaik di masa mendatang.