Oleh Prabowo Subianto [diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto]
“Deng Xiaoping merupakan pemimpin tertinggi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sejak tahun 70-an sampai dengan awal tahun 90-an.
Ia dikenal sebagai seorang yang sangat praktis dan tidak terlalu berpegang kepada teori-teori buku, tetapi mampu mengambil keputusan dengan cepat di lapangan.
Yang saya kagum dari beliau adalah semangat pantang menyerahnya. Terlepas dengan ideologi yang berbeda dari Indonesia, harus diakui bahwa pribadi Deng Xiaoping harus kita hargai. Dirinya berkali-kali difitnah, dipenjara, bahkan anak laki-lakinya pernah dilempar dari balkon yang menyebabkan cacat seumur hidup dan harus berada di atas kursi roda.”
Deng Xiaoping lahir pada 22 Agustus 1904 dan meninggal 19 Februari 1997 (pada usia 92 tahun). Dia merupakan seorang pemimpin revolusi dalam Partai Komunis Tiongkok yang menjadi pemimpin tertinggi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sejak tahun 1970-an sampai dengan awal tahun 1990-an.
Deng Xiaoping pernah berperan sebagai pemimpin militer, sewaktu Partai Komunis Cina melaksanakan perjuangannya untuk merebut kekuasaan di Tiongkok dan melawan invasi Jepang mulai tahun 1930, Deng Xiaoping berperan sebagai komandan lapangan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok.
Dalam perjalanan karier militernya Den Xiaoping terkenal sebagai seorang komandan yang tekun, teliti, gigih. Semangat, riang gembira. Walaupun tubuh/badannya kecil dan pendek, tetapi oleh rekan-rekannya, oleh pemimpinnya, dan oleh anak buahnya, ia dikenal sangat energik, penuh semangat, dan tidak pernah menurun kegigihannya dalam perjuangannya.
Ia dikenal sebagai seorang yang sangat praktis dan tidak terlalu berpegang kepada teori-teori buku, tetapi mampu mengambil keputusan dengan cepat di lapangan.
Pada tahun 1947-1949, Deng Xiaoping pernah memimpin Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok, dengan lebih dari satu juta prajurit. Dalam karier pengabdian kepada negara, sesudah perang, Deng Xiaoping terus menanjak kariernya, karena merupakan kelompok yang disebut “long march” Partai Komunis Cina.
Walaupun dikenal sangat setia kepada Mao Zedong, ia sering difitnah dan pernah 3 kali dipecat dari jabatannya. Ia bahkan sempat ditahan sebagai tahanan politik oleh orang-orang yang ultra fanatik kepada Mao Zedong. Ia dianggap terlalu pragmatis dan dianggap tidak setia kepada Mao Zedong. Pada tahun 1966, Deng Xiaoping sempat ditahan dan bekerja di pedesaan.
Setelah ia dibebaskan oleh jenderal-jenderal yang mengenal pengabdian Deng Xiaoping, ia dikembalikan dan diberi jabatan yang penting di Tiongkok.
Sesudah Zhou Enlai meninggal, Den Xiaoping-lah yang muncul akhirnya sebagai pengendali dan pengganti de facto Mao Zedong. Dan perjalanannya telah terbukti Den Xiaoping, tiga kali dipecat, pernah ditahan pada usia yang sudah lanjut dan sudah sepuh, ternyata ia yang memimpin kebangkitan Tiongkok. Ia yang menjadi pemimpin reformasi besar-besaran dan membuat Tiongkok menjadi super power dunia.
Yang saya kagum dari beliau adalah semangat pantang menyerahnya. Terlepas dengan ideologi yang berbeda dari Indonesia, tetapi harus diakui bahwa pribadi Deng Xiaoping harus kita hargai. Dirinya berkali-kali difitnah, dipenjara, bahkan anak laki-lakinya pernah dilempar dari balkon yang menyebabkan cacat seumur hidup dan harus berada di atas kursi roda.
Deng Xiaoping memiliki visi yang jelas untuk negaranya menjadi modern, makmur dan bebas dari kemiskinan. Dia juga bekerja untuk menyatukan Tiongkok. Reformasi ekonominya sekarang diakui sebagai faktor kunci untuk mendorong Tiongkok ke kesetaraan ekonomi, ilmiah dan teknologi dengan Amerika Serikat dan Eropa. Perkembangan teknologi dan industri Tiongkok yang fenomenal dapat dikatakan adalah karena pendekatan pragmatis Deng Xiaoping untuk pembangunan bangsa.
Source: https://prabowosubianto.com/deng-xiaoping/