Kolonel Houari Boumédiènev

Kolonel Houari Boumédiènev

Oleh Prabowo Subianto [diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto] 

“Yang paling saya hormati dari sosok Houari Boumédiène adalah ketulusannya dalam memimpin. Dengan ketulusannya, ia berhasil mempertahankan rasa hormat dan cinta rakyat Aljazair kepadanya selama masa jabatannya. Selain itu, walau perang kemerdekaan Aljazair dari Prancis sangat brutal, ia berhasil memenangkan pertempuran dengan tekad dan dedikasinya sebagai seorang prajurit.”

Boumediene adalah salah satu pemimpin dunia abad ke-20 yang sebagian rekam kehidupannya tidak diketahui oleh sejarawan dan masyarakat dunia. Tempat kelahirannya, misalnya, tidak diketahui dengan pasti. Bahkan usianya tidak diketahui. Ada yang mengatakan ia lahir tahun 1925,  1927, 1930, 1932, atau 1934.

Yang diketahui adalah ia lahir dari keluarga petani pedesaan miskin di koloni Prancis di Aljazair. Meskipun dari keluarga miskin, orang tuanya berhasil mengirim putra mereka ke sekolah dasar Arab. Dia tumbuh fasih berbahasa Arab, bukan Prancis.

Pada tahun 1952, dalam upaya menghindari wajib militer Prancis dan dikirim ke pertempuran di Indocina, ia pergi ke Kairo dan belajar di Universitas Al-Azhar. Boumediene ada di Kairo ketika Gamal Abdel Nasser dan sekelompok perwira militer melakukan kudeta terhadap Raja Mesir dan memulai revolusi Mesir. Di Kairo lah ia bertemu dengan sekelompok warga Aljazair yang ingin merdeka dari Prancis dan membentuk Front Pembebasan Nasional (dikenal dengan inisial FLN).

Bergabung dengan perjuangan kemerdekaan FLN pada bulan Desember 1954, ia mengadopsi nama perjuangan Houari Boumediene, yang diambil dari nama dua malaikat pelindung dari Aljazair barat. Setelah mengikuti pelatihan militer singkat di Hilwan, Mesir, ia mengikuti kursus perang gerilya di Nador, Maroko.

Pada paruh pertama 1955, Boumediene menyeberang ke Aljazair dan memimpin serangan kepada posisi-posisi Prancis. Dua tahun kemudian, ia menjadi salah satu dari enam pimpinan FLN. Pada Juni 1958, ia ditugaskan untuk memimpin pasukan pembebasan di sektor barat yang meliputi perbatasan Aljazair-Maroko. Tiga bulan setelah itu, ia diangkat sebagai anggota dewan nasional untuk pemerintahan sementara Aljazair yang didirikan di Kairo.

Boumidiene dipromosikan menjadi kolonel pada tahun 1960 – saat itu Kolonel adalah pangkat tertinggi di FLN. Ia menjadi kepala staf di markas besar angkatan bersenjata FLN yang terletak di seberang perbatasan Tunisia. Meskipun jabatan ini menempatkannya keluar dari zona pertempuran, dia sekarang memimpin operasi pembebasan di seluruh Aljazair.

Sebagai Kepala Staf, Boumediene terkenal sebagai pemimpin gerilya tanpa kompromi. Pada tahun 1959, ia mengeksekusi delapan rekan perwira yang diduga berkolaborasi dengan Prancis.

Setelah kemerdekaan Aljazair pada tahun 1962, Boumediene memimpin faksi militer yang kuat dalam pemerintahan baru. Sebagai pengakuan atas basis kekuasaannya, ia diangkat sebagai Menteri Pertahanan. Di kabinet Aljazair merdeka, Boumidiene adalah satu-satunya pimpinan yang tidak dibesarkan sebagai orang Prancis. Ia adalah seorang Aljazair dan Arab dalam didikan dan pendidikan sejak kecil. Hal ini membuat hubungan batinnya dengan rakyat Aljazair lebih dekat dibanding pimpinan Aljazair yang lain.

Pada bulan Juni 1965, Boumediene merebut pimpinan tertinggi dalam kudeta tanpa pertumpahan darah. Seperti disebutkan sebelumnya, dalam banyak hal Boumidiende adalah sosok yang misterius. Yang pasti, dia memancarkan karisma yang biasanya terkait dengan kepala negara. Bahkan, banyak yang menjulukinya “Sphinx of Algiers.”

Boumediene kokoh sebagai pemimpin Aljazair yang tak terbantahkan sampai ia meninggal dunia pada tahun 1978. Sepanjang masa kepemimpinannya, ia berulang kali membuktikan dirinya sebagai pemimpin pemikir yang pragmatis.

Dia adalah pejuang kepentingan Dunia Ketiga. Dia mencerca imperialisme Barat — dan tidak mengunjungi negara Barat sampai 1974 — namun dia mempertahankan Prancis sebagai mitra dagang utama Aljazair dan membuat AS sebagai salah satu pembeli gas alam terbesar negaranya. Dia pernah menugaskan Bank Dunia dan badan perencanaan Uni Soviet untuk melakukan survei ekonomi secara paralel di negaranya.

Yang paling saya hormati dari sosok Houari Boumediene adalah ketulusannya dalam memimpin. Dengan ketulusannya, ia berhasil mempertahankan rasa hormat dan cinta rakyat Aljazair kepadanya selama masa jabatannya.

Selain itu, walau perang kemerdekaan Aljazair dari Prancis sangat brutal, ia berhasil memenangkan pertempuran dengan tekad dan dedikasinya sebagai seorang prajurit.

Selama bertahun-tahun tidak pernah diketahui dengan pasti apakah dia sudah menikah. Ketika ditanya, rekan-rekannya bersikeras bahwa satu-satunya istrinya adalah tentara. Jika itu bukan dedikasi, saya tidak tahu apa itu.

Source: https://prabowosubianto.com/kolonel-houari-boumediene/